“ROKER” (bukan ‘Rocker’): Suka Duka Penumpang KRL
Salah satu alat transportasi favorit bagi penduduk di daerah Depok dan sekitarnya yang bekerja di Jakarta adalah kereta listrik (KRL) karena cepat sampai kantor dan tidak kenal macet (kalo mogok sih pernah juga…). Salah satu julukan bagi para komuter ini di kantor saya adalah “Roker” alias “Rombongan Kereta”.
Saya adalah salah seorang anggota “Roker” ini. Kalau pagi saya naik dari Stasiun Pondok Cina (Pocin) , Depok. KRL yang saya naiki untuk pagi adalah KRL Bojonggede Ekspres yang berhenti di Pocin dengan jadwal keberangkatan pukul 06.18 pagi. Sedangkan untuk sore harinya, saya naik KRL Depok Ekspres dari Stasiun Juanda yang juga berhenti di Pocin dengan jadwal keberangkatan pukul 17.18.
Bicara soal ketepatan jadwal KRL yang biasa saya naiki, untuk yang pagi hari 99% tepat waktu sehingga untunglah sampai sekarang belum pernah terlewat yang namanya absen ‘finger print’ pagi. “Roker” pagi dari Pocin jumlahnya cukup banyak dan rata-rata pegawai kantoran, dan akhir-akhir ini semakin banyak saja anggota “Roker” dari Pocin karena ketepatan waktunya yang sangat ruarrr biasssaa…walaupun tiketnya sekali jalan cukup mahal (Rp. 9.000)….Soal tempat duduk, jangan ditanya deh…pasti udah nggak dapat. So, siapkan selembar atau dua lembar koran bekas sebagai ‘lapak’ dan silakan duduk bersila di lantai kereta untuk kemudian zzzz….melanjutkan tidur di dalam kereta yang ‘adem’ karena ber-AC.
Bagaimana dengan yang sore hari? Nah, dalam hal ketepatan waktu…KRL Depok Ekspres kebalikannya dari KRL Bojonggede Ekspres, alias 50% terlambat dan 49% terlambat bangettt…Kalau udah gitu, keretanya (walaupun ekspres) tapi penuh juga, dan jangankan duduk di tempat duduk…dapat tempat di lantai untuk masang ‘lapak’ aja seringkali nggak bisa. Ya udah deh, karena nggak ada pilihan lain yang paling cepat akhirnya dibela-belain berdiri dah…”Roker” yang lain banyak juga yang membawa semacam kursi lipat mini sekadar untuk bisa duduk. Seringkali “Roker” arah Depok merasa iri melihat kosongnya KRL ekspres lainnya dan ngomel-ngomel “Gimana sih PT.KA ini?..Udah tau penumpang arah Depok itu paling banyak, mbok ya ditambah jadwal keretanya dan jadwalnya ditepati….”. Berhubung para “Roker” ini tidak punya pilihan lain yang lebih baik, ya terpaksa naik KRL juga walau sambil manyun dan ngedumel sepanjang perjalanan….
Di kantor saya, untuk menandai seseorang itu anggota “Roker” atau bukan, salah satu caranya adalah dengan melihat siapa saja yang antri di depan mesin absensi pada sore hari lebih kurang 5 menit sebelum jam pulang (17.00). Apalagi alasannya kalau bukan “takut ketinggalan kereta”…begitu jam di mesin absensi bergulir ke angka 17:00, langsung saja para “Roker” dengan sigap memasang jari jemarinya di mesin absensi dan kabur ke stasiun secepatnya…biasanya sih naik ‘ojek’ supaya bisa menghindari macet ke stasiun….Satu lagi keterampilan yang harus dimiliki para “Roker” ini adalah dalam hal memilih mesin absensi karena ada perbedaan kira-kira 1 menit antara satu mesin absensi dengan mesin absensi yang lain…beda yang cuma 1 menit ini bisa menentukan anggota “Roker” ketinggalan kereta atau tidak.
Entah karena kereta yang sore hari sudah biasa terlambat, kadang-kadang saya mendengar juga omelan lucu seperti ini “kok malah tepat waktu sih? Seperti biasa aja deh…jadi saya nggak usah buru-buru ke stasiun…”..ha ha…dasar…dikasih tepat waktu ngomel…dikasih terlambat juga ngomel….